Designer Indonesia Menjadi Ujung Tombak Indonesia 2015 Menuju Kiblat Trend Fashion Dunia oleh Amelia Christiawan S
Di siang hari yang terik ini, kota terlihat ramai namun lenggang. Jalanan tidak terlalu padat tetapi tetap saja terlihat penuh. Lalu lalang kendaraan bersahut-sahutan dengan lalu lalang delman. Tak jarang, banyak turis dengan busana terbuka yang dengan santai berjalan-jalan di emperan jalan Malioboro serta berkasak-kusuk seakan-akan membicarakan cuaca yang sangat panas ini. Padahal, di antara mereka terdapat segerombolan perempuan muda, yang kira-kira masih usia sekolah, sedang asyik bersenda gurau sembari membawa tas belanjaan yang bertuliskan merk-merk brand fashion ternama. Salah satu merk yang tertera di tas belanjaan perempuan yang berhijab hijau tosca dengan variasi pink muda, bertuliskan brand Dian Pelangi. Seketika saja ingatan langsung merajuk pada sosok Dian Pelangi, perempuan muda yang kini sangat terkenal karena mempopulerkan trend hijab di mata fashion dunia dengan mengunggulkan bahan batik jumputan, atau yang sering ia sebut dengan batik pelangi. Ia bahkan sudah merambah Paris Fashion Week pada tahun ini, sungguh-sungguh perempuan muda yang mengejutkan dunia dengan membawa nama Indonesia dan kain tradisional yang di kembangkannya.
Tahukah anda? Sebelum ketenaran Dian Pelangi, sesungguhnya telah banyak designer-designer Indonesia yang merambah dunia International. Sebut saja Farah Angsana, wanita kelahiran 9 Februari 1971 yang sudah sukses berkarier di AS, Dubai, London, dan Milan ini sudah beberapa kali memamerkan koleksinya di Paris Fashion Week, tentu tidak jarang ia menggunakan bahan busana yang berasal dari Indonesia seperti batik dan tenun ikat. Bahkan belum lama ini pegelaran Fashion Week pertama di Asia yang diadakan di Marina Bay Sands Singapura, turut serta mengundang designer senior dari Indonesia yakni Sebastian Gunawan. Pada acara Fide Fashion Week 2013 tersebut, Sebastian Gunawan menampilkan karya memukau yang bertajuk ModMuse. Seba bahkan terpilih sebagai fashion designer pertama yang bergabung menjadi anggota dalam Asian Couture Federation, maka tidak berlebihan bila kita menyebutnya menjadi ikon tren fashion couture Asia pertama dari Indonesia. Selain designer-designer yang telah diceritakan diatas, masih ada lagi designer yang tidak kalah sensasional dari Indonesia yang merebut perhatian dunia. Anda pasti tahu penyanyi sensasional Lady Gaga, ya, penyanyi nyentrik yang selalu tampil out of the box pada setiap konsernya. Tak heranlah bila Tex Saverio pun menjadi sensasi yang membanggakan ketika busana couture rancangananya yang berjudul La Glacon dikenakan oleh Lady Gaga. Kesuksesannya merebut perhatian Lady Gaga pun berimbas pada karya-karya berikutnya yang sempat akan dikenakan oleh Kim Kadharsian, dan gaun pengantin karyanya yang dikenakan oleh Jennifer Lawrence dalam film Hunger Games : Catching Fire yang rilis pada bulan November 2013. Tidak hanya designer busana couture saja, namun designer aksesoris dan designer ready to wear dari Indonesia juga telah banyak merebut perhatian dunia. Brand tas Bagteria yang sangat digandrungi seleb holywood seperti Emma Thompson dan Paris Hilton merupakan karya designer aksesoris dari Indonesia, Nancy Go, yang kini berkiprah di mancanegara. Salah satu designer ready to wear yang sedang melebarkan sayapnya dikancah Internasional adalah Nina Nikicio. Karya-karyanya mulai digemari anak muda di Indonesia ini sudah merambah ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Banyaknya designer Indonesia yang go International seakan membuka jalan untuk mengeksplore keragaman budaya Indonesia dan bahkan membawanya menuju trend fashion dunia. Hal ini bisa saja terjadi, setelah fenomena mengenai Batik yang menjadi salah satu warisan budaya asli Indonesia yang dipatenkan oleh UNESCO, mata dunia sedang sangat penasaran dengan negara Indonesia. Apalagi trend fashion yang kini mulai kembali ke alam dan mengangkat keragaman budaya dari berbagai negara sedang menggalakkan penggunaan kain-kain tradisional. Selain itu, trend fashion cenderung mengglobalisasikan kebudayaan dari berbagai negara dan menjadikannya trend yang bisa digunakan oleh siapa saja. Coba kita flash back pada trend fashion 2012 yang termasuk dalam tema Compass, mulai muncul sub tema Geo-Ethnic yang membawa kita untuk mengingat motif-motif tradisional dan juga kain tradisional yang mulai muncul dalam catwalk dunia. Begitupun pada trend fashion 2013 yang termasuk dalam Astrochermistry dengan sub tema Ethno Futuristic menampilkan busana-busana dengan kebudayaan dan etnis-etnis yang ada di berbagai negara. Ternyata hal itu terus berlanjut pada trend fashion 2014 yang memiliki tema Demotic dengan beberapa sub tema yang khusus mengangkat beberapa benua sebagai eksplorasi kebudayaannya yakni Totem, Luxor, dan Indigen. Pada sub tema Totem yang mengangkat motif geometris dari Timur Tengah, kita dapat melihat motif-motif yang mirip dan bisa kita temui pada busana suku dayak. Lalu pada sub tema Luxor yang mengangkat sejarah serta artefak-artefak di benua Afrika mengingatkan kita pada artefak-artefak sejarah yang ada hampir di setiap pulau di Indonesia seperti candi-candi dan peninggalan kerajaan-kerajaan jaman Hindu-Budha berkuasa. Pada sub tema Indigen yang mengangkat kerajinan tangan atau crafting dari bahan-bahan alam dan yang menjadi ciri dari bangsa Indigenous membawa otak kita pada kerajinan-kerajinan daerah yang sarat akan nilai artistic tinggi yang dimiliki di Indonesia, lihat saja kerajinan tas anyam dari Kalimantan memiliki ciri khas tersendiri jika dibandingkan dengan kerajinan tas anyam dari Bali maupun dari Papua, betapa kaya akan budaya bukan Indonesia ini?, akankah Indonesia menjadi kiblat trend fashion dunia?
Bukan menjadi suatu hal yang mustahil lagi jika kita mempunyai harapan Indonesia 2015 menuju kiblat trend fashion dunia. Tidak perlu minder atau bahkan pesimis, karena selain memiliki khasanah budaya yang sangat luas, kita juga memiliki talenta-talenta yang tidak kalah saing dengan negara-negara yang sudah menjadi kiblat trend fashion dunia.Hal itu tentu tidak bisa menjadi kenyataan bila tidak ada perwujudan secara nyata dari praktisi di bidang fashion. Ya, ujung tombak tersebut tentu saja designer-designer Indonesia baik itu yang senior maupun designer-designer muda yang sedang merintis kariernya. Mengingat kembali fenomena mulai diterimanya designer Indonesia di pasar global, membuat kita banyak berharap pada para designer ini agar terus memperkenalkan kekayaan budaya yang ada di negara ini. Catatan penting adalah jangan sampai orang-orang Indonesia tidak tahu kekayaan budayanya sendiri yang malah di perkenalkan oleh orang luar kepada dunia. Dengar-dengar belum lama ini Donna Karan, designer asal New York, bertemu dengan Andien, penyanyi Indonesia yang bertubuh mungil itu pada acara meet and gala ulang tahun pendiri label DKNY tersebut di New York. Andien membuat Donna Karan terkesan dengan batik karya Edward Hutabarat yang dikenakannya. Setelah mereka mengobrol baru diketahui ternyata Donna Karan sering berlibur ke Indonesia terutama Bali untuk mencari inspirasi. Nah, jangan salahkan bila nanti keduluan luar negri dibandingkan designer lokal untuk mempopulerkan kebudayaan negara sendiri.
Masih di pusat kota yang ramai kendaraan dan mulai mendung ini. Disertai dengan panggilan tukang-tukang becak yang mengajak untuk berkeliling kota dengan becaknya dan kesulitan orang-orang yang ingin menyeberang dari sisi jalan Malioboro yang satu dengan yang lainnya untuk..lagi-lagi berburu sandang dengan brand terkenal yang ada. Bersama dengan bunyi tapal kuda yang menghentak kerasnya aspal jalanan. Rombongan perempuan muda, yang masih usia sekolah tersebut, muncul lagi setelah beberapa jam masuk ke dalam salah satu mall. Tentu saja dengan membawa tambahan beberapa tas belanjaan dan masih tertawa riang sembari melangkahkan kaki dengan sandal wedges warna-warni mereka ke arah sisi jalan, tak berapa lama merekapun menghilang di dalam taksi berwarna biru muda itu.
-anyway artikel ini saya tulis untuk tugas membuat feature pada mata kuliah jurnalistik fashion, jd harap maklum kalo banyak kekurangan, tararengkyu udah mau baca
*dadahdadah, see you very sun eh soon *
:D
isinya bagus mel.. tp bentuk eksposisi opening sm closingnya kurang nyambung sama isinya. sama ada beberapa kata yg salah ketik (eq: terlihat ramai namun "lenggang" >> yg bener lengang. Seketika saja ingatan langsung "merajuk" >> mungkin maksudny merujuk neng :D )
BalasHapusoiya mel, sama satu lagi... pemborosan kata a.k.a kalimat yg gg efektif. contoh:
BalasHapus- "Lalu lalang kendaraan bersahut-sahutan dengan lalu lalang delman." ('lalu-lalang'nya dobel)
- "Tak jarang, banyak turis dengan busana terbuka..." (tak jarang dan banyak kan artinya sama ya, jadi kalo dijejerin kurang pas rasanya)
- "...membawa tas belanjaan yang bertuliskan merk-merk brand fashion ternama." (merk dan brand juga artinya sama kan)
sama lebih perhatiin penggunaan tanda baca ya mel (titik dan koma terutama). ini buat tugas jurnalistik kan soalnya?
tp overall ini teks eksposisi yg keren menurutQ :)) mksdnya bikin tambah pinter gitu kalo baca ini...
hwaiting kakak! (9^o^)9
haha baru baca, thankyou for the corections :D..nah klo yang baca orang lain kan cucok gitu, jd paham apakah tulisanku enak dibaca..
BalasHapusiya nih gara gara tugas sks jd ga sempet diedit, mukucih, aku akan membiarkannya begitu aja supaya bisa untuk pelajaran :D