Maaf Kami Nakal, Tapi Selamat Yaaa *sebuah catatan kecil untuk 67 Tahun Indonesia ku


Masih sama, dengan nafas yang tidak lagi sama
Masih terselubung, dengan kulit yang sudah berganti
Masih terjajah, hanya lebih halus saja
Masih berpeluang, namun kurang berani

Andaikan bisa hidup bagai permata
Susah dicari, banyak diminati, namun tak terjangkau awam
Begitu berharga, begitu dipuja, dan begitu menawan
Walau, tak sebanding dengan peluh pencarinya

Sudah ditinggal oleh penyerta yang gagah
Berhati ksatria dan pantang menyerah
Tidak lembek seperti kami
Sedikit-sedikit menyodorkan tangan pada orangtua

Memang, kami jiwa baru masih buta arah
Jalan saja masih mencari pegangan
Tapi sudah tidak merangkak kok
Malulah kalau kami tidak punya tujuan

Bukan, bukan kami bermental cengeng
Bukan, bukan kami berhati lemah
Hanya tergerus kemapanan yang ada
Hanya ikut-ikutan trend kok, haha

Padahal dulu panas pun tak masalah
Kerja tanpa upah pun dilakoni demi tetap bernafas
Belajar sembunyi-sembunyi juga tak masalah
Ah, mungkin kami kurang bersyukur

Tapi jangan khawatir, kini kami akan terus melangkah
Memperjuangkan apa yang kami bisa
Menghasilkan dengan kemampuan yang Tuhan beri pada kami
Semua demi kamu kok

Yaaa
Walau tak sesantun dahulu
Namanya juga mengikuti jaman
Masa kami kalah dengan orang di sebelah barat
Mereka lebih maju, tapi tak lebih santun

Ah gawat rupanya kami mulai meracau
Hedonisme, Konsumerisme, Materialisme, Individualisme begitu menggoda
Bukan salah kami, kami hanya mencontoh dari yang duduk di kursi nyaman itu
Sepertinya tanpa saringan, media pun mengajarkan lebih lho dari yang kami duga
Itu, seperti artis artis jaman sekarang, Nudisme mulai merajalela

Maaf maaf kalau kami terkesan tidak ingin terlihat salah
Toh yang makan uang haram pun sering melakukannya sih
Lempar batu sembunyi tangan kalau kata pepatah
Aduh jadi malu

Sudah sudah jangan bertengkar,
Kami ini satu tumpah darah
Satu naungan dalam kubah emas
Terlihat indah dari luarnya saja

Wah ibu jangan menangis dong
Masih ada orang-orang baik kok yang membantu kami
Hingga harus melemparkan senyum pada kamera saat memberi santunan
Tidak masalah, mereka hanya ingin namanya tercetak di koran
Sedikit..

Hmm jiwa baru,
Masih mengawang-awang dan meraba
Mana baik dan mana buruk
Sekarang semua terlihat seragam
Kami jadi bingung

Ah ya, selamat ya sudah semakin berumur
Semoga tetap tegar menghadapi kami
Semoga tetap kuat walau rantingmu mulai patah
Kami berjanji akan terus merawatmu
Sampai kami tua dan menjadi debu
Darah ini hanya untukmu

Indonesia ku



67 Tahun Kemerdekaan RI

Oleh: Amelia Christiawan S


Komentar