Hari Pahlawan, saatnya menjadi pahlawan :)


Semangat Pahlawan Generasi Muda!!

Rabu, 10 november 2010
Bangsa Indonesia sedang meributkan banyak sekali hal. Gegap gempita menyambut Hari Pahlawan agaknya sedikit terabaikan. Media Broadcasting masih saja berkicau tentang Mr. Obama presiden AS yang telah sampai di Jakarta sejak kemarin sore, dan tengah berkunjung ke Masjid Istiqlal Jakarta masjid terbesar se- Asia Tenggara. Ya, situasi yang bagus untuk menjadi pertanda bahwa Mr. Obama menunjukkan sikap “Mari saling menghargai antar umat beragama”. Selain itu, beliau juga berpidato di Universitas Indonesia, disaksikan kurang lebih 6 ribu orang dari berbagai kalangan dan tamu undangan. Pidatonya sangat bernada enerjik sekali karena mengandung berbagai macam keOptimisan yang bisa memicu semangat para jiwa muda penerus dan pembangun negara kita tercinta, Republik Indonesia. Saya yang melihat pidatonya dari televisi merasa sangat excited. Dan tertarik untuk menganalisis makna tersirat dari pidato Mr. president tersebut. Eits tapi bahasan kita beda hari ini, Hari ini hari Pahlawan, yang cuma kita peringati setahun sekali.

Intinya sih bukannya saya pingin Hari Pahlawan digembar - gemborkan, tapi sejenak kita luangkan waktu untuk memaknai Hari Pahlawan. Menurut saya, Hari Pahlawan ini merupakan momentum yang tepat untuk kita mengenang jasa-jasa pahlawan yang terlupakan. Khususnya pahlawan kemerdekaan, tanpa perjuangan mereka, kita tidak akan melihat Indonesia menjadi begitu berkembang dan bergerak menuju progres. Perjuangan berat yang mereka lakukan pada jaman penjajahan, tentunya tidak bisa kita ukur dan banding-bandingkan. Seandainya saya hidup pada jaman penjajahan, belum tentu saya bisa bertahan hidup, apalagi membawa Indonesia pada kemerdekaannya. Maka dari itu, sejenak kita mengenang dan mendoakan para Pahlawan Kemerdekaan, karena masih ingat istilah ini kan --> bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Boleh dikatakan sebagai negara Multikutural, negara ini termasuk negara yang besar, bukan urusan teritorialnya, namun sesuatu yang ada di dalamnya *inside* adalah besar. Maka untuk menjaga hal tersebut, mari kita menghargai para pahlawan kita agar kita dapat selalu introspeksi diri dalam memajukan bangsa.
Mom always praying for us
Pahlawan disekitar kita juga yang tidak boleh kita lupakan adalah ibu. Ibu, merupakan salah satu orang terdekat kita. Beliau telah menjadi bagian yang  seluruh darah dan kehidupannya mengalir dalam jiwa dan raga kita. Beliau telah berjuang mengandung kita, selama 9 bulan, merawat dan menjaga agar kita dapat lahir ke dunia dengan tanpa kekurangan satu apapun. Beliau merupakan Pahlawan Kehidupan kita, yang sepatutnya kita jaga, sayangai, hargai, dan hormati. Dosen, Guru, tukang sampah, pembantu, karyawan, dan sebagainya dan sebagainya. Mereka juga merupakan pahlawan dalam kehidupan kita. Jarang sekali kita menghargai jasa-jasa mereka yang tak terlihat. Mari kawan, mulai sekarang kita  buka mata hati kita untuk melihat ketulusan mereka.
Dilain pihak, sikap yang kita bangun untuk menghargai orang – orang di sekitar atas jasa yang mereka lakukan tentunya belum cukup bila tidak di wujudkan. Kata-kata simple dan jarang kita ucapkan seperti: maaf, permisi, terimakasih dan  tolong, mungkin sulit atau gengsi dan apalah untuk mengucapkannya, mari kita coba berlatih dari sekarang untuk lebih sering menggunakan kata- kata tersebut. Karena tanpa disadari, kata-kata tersebut membuat orang yang mengucapkan lebih disenangi, dan yang menerima ucapan tersebut merasa dihargai. Ya, dari hal kecil itu pun kita bisa disebut pahlawan, bukan pahlawan kemerdekaan, namun pahlawan pembangkit moral :D Hha. Ya, dijaman yang serba maju dan modern ini pahlawan pembangkit moral sangat dibutuhkan, tentunya kalau moral para masyarakatnya baik, insyaallah apapun keahlian *skill*  yang dimiliki, kemampuan yang di punyai dapat terwujud dengan baik. Sebagai generasi muda kita harus bertingkah laku baik, bertutur kata baik, dan menepati segala komitmen yang kita buat dari awal. Jangan cuma bicara, tapi harus dibuktikan, berani?

Komentar